14 Apr 2013

Ekskul Seni Tari

Namaku Deni. Aku baru saja masuk SMA 2 minggu yang lalu. Saat ini aku bersekolah di salah satu SMA negeri favorit di Kota Bandung. Sebelumnya aku berasal dari SMP Tasikmalaya. Aku pindah ke Kota Bandung bersama sahabat kecilku. Namanya Rina. Aku dan Rina sudah seperti adik kakak. Keluarga kami pun sudah saling mengenal dengan baik. Di Bandung aku tinggal bersama Tantenya Rina. Kami selalu pergi ke sekolah bersama-sama. Kebetulan kami berada di kelas yang sama. Meski sudah 2 minggu sekolah, tapi adaptasiku terhadap lingkungan yang baru tidak berjalan dengan baik. Aku masih belum mempunyai teman dekat. Terutama teman laki-laki. Mungkin karena aku dan Rina terlalu dekat. Jadinya orang-orang berpikir kami sedang pacaran. Berbeda dengan diriku, Rina orangnya sangat supel dan pandai bergaul.

Rina sudah memiliki banyak teman wanita. Selama 2 minggu ini aku hanya berteman dengan Rina dan teman-teman wanitanya. Di sekolah kami terdapat beberapa kegiatan ekskul. Setiap siswa wajib memilih satu ekskul. Itu membuatku bingung karena dari berbagai demo yang ditunjukkan tidak ada yang membuatku tertarik. Sampai hari terakhir pendaftaran aku masih belum memilih ekskul apapun. Siang itu Rina datang menghampiriku. Dia memarahiku karena aku tidak bergerak untuk mencari ekskul.

 Akhirnya dia menarikku dan mendaftarkanku untuk mengikuti ekskul seni tari bersama dia dan teman-temannya. Aku menolak namun Rina terus memaksa. Alasannya agar Rina tidak sendirian ketika mengikuti ekskul seni tari. Rina memang pandai menari. Sejak SMP dulu dia selalu menjadi penari utama jika ada acara di sekolah kami. Melihat semangat Rina untuk ikut ekskul seni tari, akhirnya aku pun mengiyakan ajakan dia. Minggu depannya ekskul pun dimulai. Aku heran ketika melihat hanya aku satu-satunya pria di ekskul tersebut. Aku pun mendapat sorak sorai ketika aku masuk ke ruangan ekskul. Aku jadi malu, tapi pelatih kami malah menyemangatiku. Akhirnya aku pun mulai berlatih. Hari itu kami mempelajari gerakan tari jaipong. Aku diharuskan bergerak lemah gemulai mengikuti iringan musik.

 Beberapa bulan kami terus berlatih tarian tersebut hingga pada bulan Oktober sekolah mengadakan pentas seni. Ekskul kami diwajibkan untuk menampilkan sesuatu untuk pentas seni tersebut. Pelatih memilih beberapa orang yang ia nilai layak untuk tampil. Aku dan Rina salah satunya. Tanpa berpikir panjang aku hanya mengiyakan permintaan pelatih tersebut. Akan tetapi betapa kagetnya aku ketika beberapa minggu menjelang pentas, diadakan fiting kostum. Ternyata nanti aku akan menari sebagai seorang wanita. Aku harus menggunakan kostum tari wanita. Aku langsung menolak, tapi justru pelatih malah memarahiku dan mengancam akan melapor ke kepala sekolah.

Aku tidak bisa menghindar dan terpaksa mengikuti kemauannya. Hari pertunjukkan pun tiba. Rina menyarankan aku untuk memakai baju dalam dari rumah. Rina meminjamiku tenktop. Namun ia melihat aku tidak memiliki payudara, akhirnya dia memakaikan aku bh dan menyumpalnya agar payudaraku terlihat. Tidak lupa Rina juga meminjamkan celana ketat pendeknya kepadaku. Aku kemudian memakai jaket dan celana panjang. Kami pun berangkat ke sekolah. Setelah tiba di sekolah kami langsung masuk ke ruang ganti. Di sana aku membuka jaket dan celanaku kemudian memakai kostum tariku. Setelah selesai memakai kostum, panitia membantuku memakai make up dan menata rambutku. Itulah pengalaman pertamaku menari sebagai wanita di depan banyak orang.

Tidak ada komentar:

Bu Kost Nakal....

 Perkenalkan nama saya Rendi panggil aja rere, pertama saya crossdresser itu pas waktu duduk di bangku kelas 5 SD. Awalnya saya sering paka...