1 Agu 2017

TERPAKSA IKUT

Akhirnya aku masuk SMA juga, walaupun SMA yang aku masuki adalah SMA swasta dan terletak di pinggiran kota, tapi aku senang bisa bersekolah disana. SMA Titrakencana adalah sebuah SMA yang kecil, jumlah siswa seangkatannya saja rata-rata hanya 30 orang. SMA Titrakencana memang SMA untuk orang-orang yang rata-rata dihuni oleh siswa pas-pasan, seperti aku.

Walaupun SMA ku ini kecil, tapi SMA ku ini terkenal sebagai SMA yang paling banyak menjadikan siswa didiknya dokter, walaupun kejayaan itu sudah berlalu 5 tahun lalu. SMA ku ini terkenal dengan ekstrakulikuler PMRnya, yaitu palang merah remaja. Tentu saja aku masuk kesana karena ingin menjadi dokter, mengikuti PMR, dan ingin mengembalikan kejayaan SMA ku ini sebagai salah satu SMA yang terkenal sebagai calon bakal dokternya.

Aku adalah Sandi, anak kelas X, dan kelasku adalah satu-satunya di angkatanku dan berjumlah 25 siswa termasuk diriku. Ekstrakulikuler PMR yang kuikuti juga hanya terdiri dari 9 orang, 4 orang berasal dari kelas XII yang bentar lagi lulus, 3 orang kelas XI, dan 2 orang dari angkatanku kelas X.
Sudah 3 bulan aku mengikuti PMR, aku cukup terkenal di PMR karena aku memang bercita-cita menjadi dokter dan aku banyak belajar tentang medic. Bulan depan pada pertengahan Desember setelah UAS tentunya, akan diadakan perlombaan PMR tingkat kabupaten dan kota, bila menang dapat mengikuti perlombaan setingkat provinsi, dan kalo menang lagi dapat mewakili provinsi untuk berlomba di tingkat nasional.

9 orang yang bergabung dalam PMR sekolahku akan dipilih menjadi 5 orang dan disyaratkan dengan komposisi 2 pria dan  3 wanita. Disanalah awal masalah dimulai, dikarenakan kelas XII bentar lagi akan mengikuti ujian nasional jadi kelas XII tidak diperbolehkan  mengikuti perlombaan tersebut, sangat disayangkan karena pada tahun lalu sekolah ku mewakili hingga tingkat provinsi dan kalah di tingkat nasional, semua itu berkat kontribusi kakak-kakak kelas XII, dan si kembar jenius Andre dan Andri dari kelas XI.

5 orang yang mengikuti lomba PMR tersebut sudah jelas pasti 3 dari kelas XI, dan 2 dari X. Kak Andre (XI), Kak Andri (XI), Ci Melisa (XI), dan Lia (X) sudah pasti mengikuti lomba tersebut, dengan begitu sudah terisi 4 slot, 2 pria dan 2 wanita, sangat disayangkan aku tidak bisa mengikuti perlombaan tersebut karena sisa 1 slot hanya disediakan untuk wanita.

Tinggal 2 minggu lagi sebelum perlombaan dimulai, tetapi tim PMR sekolahku masih kurang 1 siswa untuk mengikuti lomba tersebut dikarenakan tidak ada siswa yang mau dan tidak berkompeten. Hingga akhirnya diadakan rapat PMR untuk membahas tentang perlombaan ini.

Ci Lani (XII) yang merupakan ketua umum PMR sekolahku meminta masukan kepada seluruh anggota PMR untuk membahas tentang sisa 1 siswa wanita yang harus mengikuti lomba PMR untuk mewakili sekolah. Setelah 2 jam berdiskusi dan berdebat akhirnya Ci Melisa melontarkan ide gila untuk menjadikan diriku sebagai seorang siswi untuk mengikuti perlombaan.

“Aku mengusulkan Sandi untuk mengikuti perlombaan ini, dia kan badannya kecil, kurus lagi, juga tidak terlalu tinggi, bisa disamarkan dikit-dikit lah untuk mengikuti perlombaan PMR, gimana kalian setuju gak?” kata ci Melisa.

Akhirnya setelah diadakan voting, 8 suara setuju dengan usulan ci Melisa, hanya 1 orang yang tidak setuju yaitu diriku. Mau bagaimana lagi, akhirnya aku juga harus mengikuti hasil voting tersebut, demi mewakili sekolahku.

Esok harinya pada hari minggu aku pun diundang ke rumah ci Melisa, kebetulan sekali di rumahnya tidak ada siapa-siapa, karena kedua orang tuanya sibuk dengan usaha rumah makan mereka. Aku diundang jam 8 pagi, dan aku pun pergi ke rumahnya. Tentu saja sehari sebelumnya aku sudah disuruh untuk mempersiapkan diriku, dari mencukur bulu-bulu yang ada di wajah sampai seluruh badanku.

Sesampainya di rumah ci Melisa, ternyata sudah ada Lia juga disana. Aku pun disamput oleh mereka berdua. Dan dibawanya lah aku ke kamar ci Melisa. Kamarnya begitu cantik dengan nuansa warna pink, cewek banget lah kamarnya tuh, apalagi ditambah dengan aksesoris Hello Kitty, kawaii...

“San sekarang kamu ke kamar mandi dulu, terus bersihin muka kamu, sementara kita mempersiapkan alat-alat make up untuk ngebuat kamu jadi cantik” kata ci Melisa.

Aku pun pergi ke kamar mandi yang ada di dalam kamarnya, tak menyangka di dalam kamar mandinya banyak kutemukan pakaian dalam dari celana dalam dan BH yang digantung. Aku pun penasaran, dan aku memegangnya, ternyata sensasi memegang BH itu sungguh lucu, empuk-empuk dan lembut gimana gitu ketika dipegang cupnya... Itu adalah pertama kalinya aku memegang BH. Keasikan meraba-raba pakaian dalam ci Melisa, pintu kamar mandi pun diketuk oleh Lia dan memberi tahu untuk segera keluar agar aku bisa segera di make-up.  

“Oke San, sekarang kamu cukup duduk di depan meja rias ini dan mendengarkan apa yang aku suruh yaaaa…. Jangan banyak gerak juga, kamu gak mau kan eyeliner ini menusuk ke bola matamu, hahahaha..” tawa ci Melisa.

Setelah beberapa menit, aku pun diberi foundation, concealer, bedak, eyeshadow tipis warna kecoklatan, eyeliner hitam tipis di mataku, dan lip gloss, aku merasakan sensasi yang tidak biasa, mukaku terasa berat, mungkin karena ini adalah pertama kalinya aku di make-up.

Dua puluh menit sudah berlalu, aku disuruh melihat ke depan cermin, dan betapa kagetnya aku dengan tampilanku. Mukaku menjadi putih, mungkin karena efek bedak, tapi terasa beda, terlihat menjadi halus seperti sutra. Yah jujur saja memang aneh melihat wajahku di make-up, tapi setelah di pasangkan wig panjang sebahu dengan poni rata depan, aku pun terkejut. Betapa cantiknya diriku, aku merasa secantik artis korea, mungkin aku bisa menjadi anggota JKT48 dengan kecantikanku.

“Sekarang kan sudah cantik, ayo buka baju kamu, baju aja lohhh… celananya gak usah dulu” suruh Lia.

Aku membuka bajuku, dan dipasangkannya BH kawat oleh Lia ke badanku, muncul perasaan nikmat tersendiri bagiku, serasa ada yang menekan di dadaku. Tidak hanya dipakaikan BH, BH nya pun disumpel dengan tissue agar tampak berisi.

“Mending ganti deh isinya jangan pakai tissue, coba pake celana dalamku deh, biar lebih berisi dan lebih nyata bentuknya” suruh ci Melisa ke Lia.

Sementara Lia memasangkan BH pada badanku, ci Melisa sudah menyiapkan beberapa baju dan dress untuk kucoba. Aku pun mencoba satu persatu sesuai arahan ci Melisa dan Lia. Aku merasa seperti sedang menjadi model fashion show karena disuruh-suruh gonta ganti banyak baju.

Setelah satu jam lebih mencoba-coba banyak baju, Lia dan ci Melisa telah memutuskan baju mana saja yang akan aku bawa nanti selama 4 hari acara lomba tersebut. Dari baju casual sehari-hari, celana jeans, rok mini, hotpants, baju tidur, dress, hingga pakaian dalam dipersiapkan. Beruntungnya diriku memiliki ukuran kaki yang sama dengan Lia, entah aku yang beruntung atau memang ukuran kaki Lia yang besar untuk seorang wanita, sehingga diriku dapat dengan pas menggunakan sepatu-sepatunya. Aku pun diberi pinjam alat-alat make-up dan wig yang kukenakan untuk kupelajari cara menggunakannya agar aku terbiasa. Pokoknya semua kebutuhan ku untuk menjadi wanita sudah dipersiapkan oleh mereka berdua. 

Tidak lupa mereka mendokumentasikan apa yang terjadi pada saat itu, mereka melakukan selfie dengan ku, dan banyak sekali mereka ngefoto diriku dengan berbagai pose dan pakaian, dari pas foto, foto dengan baju casual sehari-hari, gaya-gaya nakal, bahkan dengan busana dress untuk pesta. Tentu saja bila aku melakukannya, karena bila aku tidak menurut, aku diancam foto-fotoku ini akan disebar oleh mereka... ohhh malangnya nasibku....


1 komentar:

Unknown mengatakan...

lanjutkan yah kk, udah lama aku ga baca2 ini nih,semangat ...

Bu Kost Nakal....

 Perkenalkan nama saya Rendi panggil aja rere, pertama saya crossdresser itu pas waktu duduk di bangku kelas 5 SD. Awalnya saya sering paka...