1 Agu 2017

Tante menjadikanku Wanita

Aku adalah seorang cowok sebut saja namaku I'in (nama panggilanku sekarang) yang mempunyai kebiasaan-kebiasaan aneh sejak kira-kira umur 11 tahun. Aku sangat suka memakai baju-baju cewek, make-up, dan aksesoris yang sering dikenakan para cewek. Aku pun juga sangat suka memakai pakaian dalam cewek seperti bra, panty, dan juga kamisol. Semua ini berawal sejak aku tinggal di rumah Tante Nia yang mempunyai usaha salon kecantikan di rumahnya.

Kebiasaanku yang aneh ini berawal semenjak kedua orang tuaku memutuskan untuk bercerai pada saat aku berusia 11 tahun. Setelah peristiwa itu, Papaku pergi dan tidak pernah kembali hingga sekarang. Tidak tahan dengan kondisi ekonomi, Mamaku kemudian menitipkan aku kepada Tante Nia (teman Mamaku) karena Mamaku ingin bekerja di luar kota untuk mencari penghasilan. Setelah Mamaku menyerahkan aku kepada Tante Nia, sejak saat itu aku jarang bertemu Mamaku. Mamaku pulang sebulan sekali hanya sekedar memberi uang kepada Tante Nia untuk mencukupi kebutuhanku dan setiap seminggu sekali Mamaku selalu menelponku hanya untuk tahu keadaanku. Sampai sekarang aku juga tidak tahu apa yang dikerjakan Mamaku di luar kota.

Dua bulan tinggal di rumah Tante Nia, aku merasakan hal-hal aneh. Aku jadi punya keinginan untuk berdandan seperti Tante Nia dan kedua pekerja di salon itu. Tetapi hasrat itu masih aku pendam karena di rumah Tante Nia tidak ada pakaian yang sesuai dengan ukuranku. Pakaian, bra, dan celana dalam wanita semuanya seukuran Tante Nia. Aku sangat sedih tapi bagaimana lagi, aku harus menahan semua ini.

Ternyata kesedihan yang aku rasakan tidaklah berlangsung lama. Ketika kami makan malam bersama Tante Nia menawari aku sesuatu yang menggiurkan dan inilah sebenarnya yang aku harapkan. Dia mengajak aku menghadiri pesta pernikahan temannya di sebuah hotel terkemuka minggu depan dan meminta aku untuk berdandan cewek seperti teman-temannya. Dari tawaran itu aku pun pura-pura mengajukan beberapa pertanyaan.

"Tante, kenapa aku harus berdandan seperti tante?" tanya ku.
"Ngga apa apa. Soalnya tante sudah pesan dua gaun pesta, yang satu untuk Tante dan satunya buat kamu." kata Tanteku. 
"Kan aku laki-laki Tante, rasanya tak mungkin aku bisa cantik seperti Tante." kata ku
.
Tante Nia berkata, "Jangan khawatir, itu semua yang mengatur Tante. Kamu bisa kok cantik, tapi nanti Tante sendiri yang mendandani kamu."
 
"Oke dech Tante kalau begitu." jawab ku.


Keesokan harinya Tante Nia mengajak ku berbelanja segala perlengkapan untuk ku seperti bra, celana dalam cewek, stocking dan sepatu dengan heels tinggi. Saat berbelanja, dia pun banyak memberikan saran-saran kepada ku tentang ukuran bra yang nyaman, jenis-kenis celana dalam cewek, sepatu heels tinggi dan stocking. Tapi aku menolak menggunakan sepatu dengan heels yang terlalu tinggi karena aku takut terjatuh saat berjalan di tengah-tengah pesta. Aku merasa belum begitu terbiasa dengan sepatu seperti itu sehingga aku memilih menggunakan sepatu dengan heels yang tidak terlalu tinggi.

Setelah membelajakan keperluan ku, Tanteku masih memilih milih kaos-kaos ketat baik yang tanpa lengan maupun dengan lengan berserta rok-rok pendek dan panjang. Ketika aku bertanya untuk siapa barang-barang itu, Tanteku menjawab, "Ya buat kamu. Kamu kan belum punya pakaian buat dipakai sehari-hari." Hatiku pun mulai mendesir mendengar perkataan Tanteku. Aku pun menjawab, "Iya deh Tante. Tidak apa-apa." "Kira-kira kamu mau tidak memakai baju-baju seperti ini di rumah?" tanya Tante. "Iya Tante." jawabku. Lalu Tanteku memilih lebih dari sepuluh kaos ketat baik dengan lengan dan tanpa lengan berikut sepuluh rok pendek dan panjang.

Setelah selesai, Tanteku dan aku menuju ke kasir untuk membayar semua itu dan kami langsung menuju ke mobil dan pulang. Didalam mobil, Tanteku baru memberikan alasan kenapa dia membelikan aku baju-baju cewek. Alasannya adalah Tanteku sangat menginginkan punya adik perempuan dan menurut pengamatan Tanteku postur tubuh dan bentuk face aku sangat mirip dengan cewek sehingga sangat cocok bila berdandan cewek. Aku pun memaklumi dan memparcayainya karena dia juga ahli dalam hal kecantikan. Tanteku juga berpesan agar aku tidak mengenakan pakaian cewek saat bersekolah. Akupun paham apa yang dijelaskan Tanteku tetapi dalam hatiku merasa senang karena walaupun tanpa alasan itupun aku sebenarnya ingin berpakaian seperti perempuan setiap harinya. Namun aku tidak menjelaskan isi hatiku kepada Tanteku.

Sesampainya dirumah Tanteku langsung menyuruhku menyimpan semua belanjaanku di almari bajuku. Tanteku menyuruh untuk mengeluarkan semua pakaian-pakaian laki-laki yang sudah usang dan tidak bisa dipakai lagi. Setelah selesai melakukan perintah Tanteku, aku disuruh mandi dan mulai memakai pakaian wanita yang dibelikan Tanteku tadi, dari bra, celana dalam cewek, kaos ketat, dan rok pendek. Setelah keluar dari Kamarku, Tanteku tersenyum padaku dan menarik tanganku menuju ke kamarnya untuk diberikan make-up secukupnya. Tanteku mengajari aku berdandan, seperti memakai bedak, lipstik, dan rambut tiruan (wig). Setelah selesai dia pun menghadapkan aku ke cermin dan meminta aku berkomentar. Akupun kagum setelah tahu hasil dandananku. Aku terlihat seperti seorang gadis yang cantik, bahkan Tanteku pun memuji aku juga. "Itu kan, kamu pun bisa secantik ini dan Tante yakin kalau kamu pergi keluar semua orang pasti akan menganggap kamu seorang gadis. Tapi ingat kamu harus bisa menjaga postur tubuh kamu yang seperti ini." kata Tanteku.

Lima hari berlalu aku pun merasakan kewanitaan dalam diriku, karena semua pelanggan di salon Tanteku memanggilku dengan sebutan "Adik I'in" atau "Mbak I'in" (nama yang dikenalkan Tanteku kepada dua pegawainya dan para pelanggannya). Hanya saja kalau bersekolah aku tidak diijinkan memakai seragam sekolah cewek oleh Tanteku, tapi dia memperbolehkan kalau hanya memakai celana dalam cewek dan kamisol cewek asalkan teman-temanku jangan sampai mengetahuinya. Namun, aku tetap mempunyai seragam sekolah cewek karena Tanteku juga membuatkan untukku. Itu hanya dipakai kalau Tanteku mengajak aku pergi pada saat jam-jam sekolah di saat aku ijin tidak masuk sekolah.

Setelah satu minggu tibalah saatnya Tanteku mengajak ku untuk menghadiri pesta perkawinan teman Tanteku. Aku pun bangun pagi-pagi benar segera mandi dan bersiap-siap. Setelah Tanteku tahu kalau aku sudah mandi, dia segera mengambil peralatan kosmetik dan mendandani aku. Selesai berdandan aku segera memakai gaun pesta yang sudah diberikan kepadaku.

(Ilustrasi Foto 1)
Aku tidak menyangka kalau aku terlihat benar-benar seperti cewek walaupun aku masih memakai rambut palsu (wig). Segera aku juga memakai stocking disertai sepatu dengan heels sedang. Aku sangat senang dan senang sekali melihat penampilanku. Tanteku pun juga sangat senang dan bahkan dia juga memujiku. "Kamu cantik sekali sayang. Pantas kok jadi anak perempuan Tante." kata Tanteku sambil tersenyum.

(Ilustrasi Foto 2)

Sementara menunggu Tante berdandan aku menunggu di depan rumah. Tak lama kemudian dua teman Tanteku datang dengan taksi dan menyapa ku, "Selamat pagi. Cantik sekali ... Kamu adiknya Nia ya?" sapa salah satu dari mereka. "Iya." jawabku asal-asalan. Mendengar sapaan seperti itu, buku kuduku berdiri, jiwa kelaki-lakianku hilang, dan muncul perasaan bahwa aku ini sama saja dengan mereka, yaitu seorang wanita. "Nia ada dik?" tanya salah satu dari mereka. "Ada Kak, tunggu saja. Dia sedang berdandan." jawab aku. Lalu mereka berdua minta ijin aku untuk masuk rumah dan aku mengijinkan mereka pula.

Kira-kira 15 menit Tanteku dan kedua temannya keluar dari rumah. Kemudian Tanteku mengingatkan aku untuk membawa tas kecil berisi tissue, lipstik, dan bedak yang sudah disiapkan Tanteku. Aku pun segera masuk rumah dan mengambilnya. Setelah itu Tanteku mengeluarkan mobilnya dan kami pun berangkat menuju tempat pesta. Di dalam mobil, kami berempat bercanda dan tertawa bersama. Kedua teman Tanteku sepertinya tidak pernah terbersit dalam benak hati dan pikirannya kalau aku ini adalah seorang cowok. Bahkan mereka berdua pun menanyai ku seputar kriteria cowok yang aku suka. Tanpa ragu, aku pun menjawab semua pertanyaan mereka. "Hmmmm ... ternyata seperti ini rasanya jadi cewek. Sungguh menyenangkan." hatiku berkata.

Setelah sampai di tempat pesta, kami berempat langsung menuju ke tempat duduk barisan khusus untuk tamu undangan wanita. Tanpa kusadari, saat menuju ke tempat duduk ada cowok-cowok seumurku yang memandangi aku terus hingga aku duduk. Di tempat pesta itu aku merasakan hal yang sangat istimewa dalam hatiku karena tidak ada satupun orang yang tahu kalau aku ini sebenarnya seorang cowok. Setelah pesta selesai, kami menyempatkan diri untuk berfoto-foto dengan pangantin bersama dengan Tanteku. Sambil menunggu teman-teman Tanteku berfoto-foto, ada seorang cowok seumurku yang mendekatiku dan mengajak ku berkenalan. Aku pun, seperti kebanyakan cewek lainnya, menanggapi ajakan perkenalan itu. Dia meminta nomor HP ku dan aku pun memberikannya. Ternyata dia adalah saudara pengantin perempuan dan kami berdua sempat foto bersama dengan menggunakan HP dia. "Hmmm ... sangat indah hari itu." kata hatiku.

Setelah selesai kami pun pulang, tak lupa Tanteku juga mengantar kedua teman-temannya ke rumah mereka masing-masing. Dalam perjalanan pulang Tanteku sempat menanyaiku beberapa pertanyaan.

"Tadi kamu kenalan sama cowok ya?" tanya Tanteku.
"Iya Tante. Hehehe ..." jawabku.
"Tadi kamu sempat foto bergandengan tangan juga kan. Hmm ... kamu suka dia ya?" tanya Tanteku.
"Hmmm ... aku kan harus menempatkan diriku sebagai cewek, jadinya aku mau aja diajak foto bergandengan tangan." jawabku sambil malu-malu.
"Tidak apa apa kok sayang, tapi kamu suka tidak sama dia?" tanya Tanteku lagi.
"Kalau aku cewek, aku suka dia karena dia juga cakep sih Tante." jawabku.
"Hehehehe ... pandai juga kamu memilih cowok." jawab Tanteku dengan tertawa lebar.

Setelah sampai di rumah, aku pun segera melepas gaunku dan membersihkan make-up ku seperti yang Tanteku ajarakan kepadaku. Aku pun segera mengenakan baju keseharianku, kaos ketat dan rok pendek. Sejak saat itu Tanteku, semua teman-temannya, dan kedua pegawai di salonnya menganggap aku cewek seperti halnya mereka. Aku berdandan sebagai cowok hanya saat bersekolah, selepas itu aku selalu berdandan sebagai cewek.

(cerita ini dikirim oleh I'in - Crossdresser)

Tidak ada komentar:

Bu Kost Nakal....

 Perkenalkan nama saya Rendi panggil aja rere, pertama saya crossdresser itu pas waktu duduk di bangku kelas 5 SD. Awalnya saya sering paka...