14 Apr 2013

"Masuk SMK Kecantikan"

Masih di salon Tante Susi, aku mendengarkan sebuah cerita menarik dari Tina. Tina adalah salah seorang pegawai Tante Susi. Tina merupakan seorang hair stylist dan penata rias kesayangan Tante Susi. Dia dulunya adalah seorang cowo normal seperti aku. Dia menceritakan masa lalunya sampai bagaimana ia bisa bekerja di salon. “Dulu aku ditinggal oleh papah dan mamahku.” Tina memulai ceritanya. “Papah dan mamah meninggal karena kecelakaan, Tante Susi adalah sahabat mamah. Karena tidak ada keluarga yang menerima aku, akhirnya Tante Susi memutuskan untuk merawat aku.” kata Tina mengingat masa lalunya. “Ia merawat aku sejak kelas 5 SD hingga aku SMP. Ketika aku mau memilih masuk SMA, tante Susi menyarankan aku agar masuk SMK, tujuannya adalah agar aku dapat memperoleh keahlian khusus di sana. Aku pun melihat daftar jurusan-jurusan

­ yang terdapat di SMK bersama Tante Susi. Mulai dari otomotif, teknik mesin, teknik elektro, akuntansi, dan yang paling menarik perhatian Tante Susi adalah jurusan kecantikan. Saat itu Tante Susi menyarankan aku untuk memilih jurusan tersebut agar aku dapat membantunya di salon. Sebenarnya aku agak keberatan namun aku merasa tidak enak sama Tante Susi karena selama ini ia telah banyak merawat aku. Aku meminta waktu kepada Tante Susi untuk berpikir. Tante pun mengiyakan.”, Tina kemudian berhenti sejenak lalu ia kembali melanjutkan, “Keesokan harinya aku melihat pekerjaan di salon banyak berhubungan dengan wanita-wanita cantik. Itu juga yang menjadi motivasiku, kupikir di SMK Kecantikan nanti pasti ada banyak wanita-wanita cantik. Aku pun datang kepada Tante Susi dan mengatakan bahwa aku bersedia untuk masuk ke sana. Tante Susi pun terlihat bahagia mendengar keputusanku. Akhirnya kami pergi mendaftar dan saat pengumuman penerimaan siswa baru aku diterima di sana.” Tina mengambil segelas air dan kemudian meminumnya. Ia terlihat seperti wanita sungguhan. Dengan menggunakan baju tanpa lengan dan rok pendek, ia terlihat lebih feminim. “Saat ospek semuanya berubah. Ospek di SMK dibagi menjadi 2 tahap. 
 Tahap pengenalan lingkungan dan masa adaptasi siswa.” Tina tiba-tiba melanjutkan ceritanya. “Ketika hari pertama aku masuk ke sana, aku melihat kakak kelasku sangat galak. Peraturan pertama adalah ‘Tidak peduli latar belakang kalian apa, kalian adalah satu kesatuan, kami tidak mau membeda-bedakan­ siapa kalian, pokonya kalian satu’” Tina mencoba menirukan gaya kakak kelasnya. “Nah, kamu tau ga salah satu aturan yang mereka terapkan selama ospek adalah mereka masih menggunakan seragam SMP sampai masa pelantikan. Aku sih oke” aja tapi ternyata kakak kelas tersebut memanggilku dan mengatakan peraturan ini berlaku untuk pria dan wanita. Kamu diharuskan menggunakan rok SMP dan juga menggunakan make up. Tujuannya agar kamu terbiasa dengan benda-benda yang berhubungan dengan wanita. Mendengar peraturan tersebut aku pun langsung lesu. Parahnya lagi, kami tidak diperkenankan untuk membawa baju ganti, jadi dengan kata lain rok tersebut harus dipake dari rumah. Aku pulang ke rumah dan menceritakan semuanya ke Tante Susi. Tapi tante justru hanya menertawakan saja dan berjanji akan membantu.
 Beberapa hari sebelum ospek dimulai tante mengajakku ke pasar untuk mencari rok smp. Tante membelikanku 2 buah rok SMP. Yang satu adalah rok pendek, dan yang satu lagi rok panjang rample. Tante juga mengajakku untuk membeli kerudung warna putih dari bahan satin. Hari ospek pun tiba, lalu aku memakai rok pendek SMP. Tante melihat ada yang salah, payudaraku tidak terlihat, ia kemudian membawa bra dan memasangnya di dadaku. Aku merasa risih, tapi belum cukup sampai di situ tante melanjutkan dengan bedak dan lipstik di wajahku. Aku pun berangkat untuk ospek. Pada hari jumat aku menggunakan rok SMP panjang lengkap dengan kerudung yang sudah dibeli oleh Tante Susi. Selama 2 bulan aku memakai rok ke sekolah. Akhirnya masa ospek berakhir dan aku terbebas dari rok. Begitu pikirku, namun ternyata SMK Kecantikan tetaplah SMK Kecantikan. Selama 3 tahun sekolah aku selalu berhubungan dengan baju wanita dan makeup. Aku dituntut untuk tampil cantik. Sekalipun aku adalah seorang pria sejati.”
“Setelah masa ospek berakhir, aku berpikir sudah selesai aku diperlakukan sebagai seorang wanita. Ternyata itu belum selesai. Selama 3 tahun sekolah di sana aku selalu berhubungan dengan pakaian wanita dan dituntut untuk tampil cantik. Sekalipun aku adalah seorang pria sejati.” kata Tina menceritakan masa-masa SMKnya. “Selesai masa ospek, aku dipanggil oleh salah seorang guru. Ternyata dia adalah bagian kesiswaan. Guru tersebut menerangkan bahwa selama sekolah nanti aku akan selalu berhubungan dengan tata busana, tata rambut, dan tata rias. Dia kemudian menyarankan untuk memanjangkan rambutku seperti wanita, agar memudahkan dalam pelajaran praktek. Sebagai siswa pria aku diijinkan memiliki rambut panjang dengan catatan, aku ke sekolah menggunakan rok layaknya seorang wanita.

 Wajahku langsung pias mendengar peraturan tersebut. Tapi guru tersebut memberiku semangat karena semua ini untuk tujuan yang baik supaya aku terbiasa. Aku pun bersedia mengikuti aturan tersebut. Aku menceritakan peraturan tersebut kepada Tante Susi dan Tante kemudian membelikan rok SMA yang pendek dan yang panjang untuk aku gunakan sehari-hari. Hari demi hari aku lalui. Aku selalu ke sekolah menggunakan rok dan mulai terbiasa menggunakan rok. Rambutku pun tumbuh mulai panjang. Tante Susi selalu membantuku untuk menata rambut. Aku mulai terlihat seperti wanita ketimbang pria. Pada saat ujian praktek, aku kebagian tema wanita kantoran. Aku dan pasanganku harus bergantian saling mendandani. Hari itu aku menggunakan blazer dan rok warna hitam, tidak lupa aku memakai sepatu high heels. Kami bergantian saling mendandani dan akhirnya kami mendapatkan nilai yang baik. Begitu lulus aku diminta Tante Susi untuk membantu di salonnya. Awalnya aku membantu dengan berpenampilan sebagai seorang pria, tapi entah kenapa mungkin karena selama 3 tahun selalu berpenampilan sebagai seorang wanita aku merasa risih menggunakan pakaian pria. Aku pun menceritakan keluhanku kepada Tante Susi, Tante Susi mempersilahkan aku untuk berpenampilan sebagai wanita jika aku memang nyaman. Akhirnya semenjak saat itu aku selalu tampil sebagai seorang wanita.”

Kerja di Salon

Perkenalkan namaku adalah Andi. Aku adalah anak paling bungsu dari 2 bersaudara. Kakakku adalah seorang wanita cantik yang merupakan pemiliki sebuah salon di kota Garut. Sedangkan aku tinggal berdua dengan mamahku di Bandung. Semenjak ayah meninggal, kondisi keuangan keluarga kami mulai kacau balau. Semula Kakak yang menjadi tulang punggung, namun setelah menikah Kakak kemudian ikut suaminya ke Garut. Alhasil tinggal aku dan mamaku yang harus berjuang untuk melanjutkan hidup. Sebelum pergi ke Garut Kakak menitip pesan kepadaku agar aku mau mencari pekerjaan untuk membantu Ibu. Ia kemudian mengenalkanku dengan seorang waria cantik bernama Susi. Susi merupakan salah satu pemilik salon besar di Kota Bandung. Ia salah satu potret waria sukses dalam bisnis salon. 


Aku membuat janji dengan tante Susi pada hari Jumat untuk bertemu di salonnya. “Masuk” katanya. Aku pun masuk dan sepintas melihat-lihat beberapa pegawainya sedang melayani pelanggan. Dia kemudian menyuruhku masuk ke ruang kerjanya. Di sana aku ditanya beberapa pertanyaan seputar pengalamanku bekerja dan juga keahlianku. Setelah itu tantu Susi menjelaskan mengenai apa saja yang menjadi tugasku nanti. Di akhir perbincangan tante Susi bertanya, “Bagaimana kamu sudah mengerti??”. “Mengerti Tante..” jawabku. Tante Susi kemudian kembali bertanya, “Satu hal lagi, kamu siap bekerja dengan menggunakan pakaian wanita??” mendengar pernyataan tersebut aku langsung terkejut dan kebingungan. “Sudah Tante duga kamu pasti kaget, semua pegawai Tante adalah wanita dan waria, Tante ga mau ada pegawai pria di sini. Makanya nanti kamu pake baju wanita saja yah.” Aku hanya kebingungan mendengar pernyataan Tante Susi. “Begini saja, supaya terbiasa, mulai senin nanti kamu pake hot pants dulu aja, nanti klo udah mulai enakan kita coba pake rok sama dress. Gimana?? Di rumah kamu ada baju bekas Kakak kamu kan??” Tante Susi coba melanjutkan. “Nanti Tante bilang deh sama Mama kamu supaya kamu dibantuin. Biar keliatan lebih cantik.” kata Tante Susi sambil tersenyum. Kami pun mengakhiri pembicaraan hari itu. Aku pulang sambil kebingungan apa yang harus aku perbuat. Saat pulang ke rumah Mama bercerita kalau Tante Susi telah memberitahukan mengenai pekerjaan yang akan diberikan kepadaku. Aku pun hanya tertunduk malu mendengar penjelasan dari Mama.


Tiba saatnya hari senin. Mama membangunkanku tepat jm 7 pagi. Aku kemudian mandi dan menuju kamarku. Di sana Mama sudah menunggu. Aku disuruh menggunakan celana dalam wanita. Mama lalu menolongku memakai bra. Setelah itu aku disuruh memakai stocking, hotpants dan kaos ketat warna putih. Semuanya adalah pakaian Kakakku. Setelah selesai menggunakan semua pakaian tersebut, Mama kemudian mendandaniku. Berbagai perasaan bercampur aduk mulai dari malu hingga rasa penasaran. Tanpa disadari, kemaluanku berdiri ketika aku didandani menjadi wanita. Setelah semua selesai, aku memakai sandal hak tinggi milik Kakak. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana aku keluar dengan dandanan seperti ini. Apa kata tetanggaku jika melihat aku seperti ini. Tapi Mama malah tertawa dan memberiku semangat. Aku pun keluar sambil tertunduk malu, beberapa tetanggaku melihat aku dengan wajah keheranan, beberapa lainnya malah menggodaku. Aku terus berjalan dengan cepat meski sandal ini membuat langkahku terhambat. Aku naik kendaraan umum, tapi anehnya sepertinya mereka melihat aku seperti wanita biasa. Aku pun bercermin dan kagetnya aku melihat betapa cantiknya diriku. Hal ini membuatku sedikit lega. Aku pun tiba di salon dan memulai pekerjaan hari pertamaku. Hari pertama yang sangat mendebarkan tapi menjadi awal dari perjalanan panjangku.


Seminggu pertama bekerja di salon Tante Susi aku mulai terbiasa menggunakan pakaian wanita. Setiap hari aku memakai hotpants yang dipadukan dengan kaos lengan pendek, baju tenktop maupun kaos bertali yang diikatkan ke leher. Hari ini aku memakai hotpants yang dipadukan dengan baby doll. Awalnya memang memalukan dan terasa aneh, tapi aku mulai terbiasa memakai pakaian wanita. Hari ini Tante Susi kembali memanggilku ke kantornya. “Mulai minggu depan, kamu pakai rok atau dress yah..” kata Tante Susi. Aku hanya bisa mengiyakan apa yang dikatakan oleh Tante Susi. Hari Senin berikutnya aku membongkar lemari kakakku dan menemukan sebuah rok pendek warna hitam. Aku kemudian memadukannya dengan kemeja putih dengan bahan satin. Ketika menggunakan rok dan kemeja ini, aku merasakan sesuatu yang nyaman. Aku kemudian mulai belajar berdandan sendiri tanpa bantuan Mama. 

Mama kemudian melihatku berdandan lalu memuji hasil dandananku. Aku pergi ke salon hari itu dengan menggunakan rok dan kemeja satin. Di salon, aku melihat Tante Susi berdiskusi dengan salah satu pegawainya, setelah itu aku disuruh untuk duduk di depan meja rias. Ternyata Tante Susi menyuruh pegawai tersebut untuk menata rambutku. Rambutku disambung sehingga panjangnya sebahu lebih. Aku terlihat lebih feminim.

 Minggu itu aku memakai rok dan dress untuk bekerja. Saat hari Jumat tiba, seperti biasa Tante Susi memanggilku ke kantornya. Tapi tidak biasanya kali ini aku dipanggil saat pagi hari. Ia kemudian menyuruhku untuk duduk di meja rias. aku kembali didandani, kali ini sepertinya lebih serius dari biasanya. Lebih banyak perabotan yang disiapkan. Setelah selesai didandani seorang asisten Tante Susi membawa aku ke ruang ganti. Aku disuruh memakai gaun pengantin. Dari penjelasan asisten Tante Susi, ia menginginkan aku untuk menjadi model dalam buletin yang biasa diterbitkan oleh salon tersebut. Aku pun masuk ke sesi foto. Setelah selesai dengan gaun pengantin, aku memakai gaun malam dari bahan satin berwarna hijau muda, setelah itu terakhir aku disuruh memakai kebaya. Hari itu aku mulai merasakan sesuatu yang menyenangkan ketika berpenampilan sebagai wanita.

Ekskul Seni Tari

Namaku Deni. Aku baru saja masuk SMA 2 minggu yang lalu. Saat ini aku bersekolah di salah satu SMA negeri favorit di Kota Bandung. Sebelumnya aku berasal dari SMP Tasikmalaya. Aku pindah ke Kota Bandung bersama sahabat kecilku. Namanya Rina. Aku dan Rina sudah seperti adik kakak. Keluarga kami pun sudah saling mengenal dengan baik. Di Bandung aku tinggal bersama Tantenya Rina. Kami selalu pergi ke sekolah bersama-sama. Kebetulan kami berada di kelas yang sama. Meski sudah 2 minggu sekolah, tapi adaptasiku terhadap lingkungan yang baru tidak berjalan dengan baik. Aku masih belum mempunyai teman dekat. Terutama teman laki-laki. Mungkin karena aku dan Rina terlalu dekat. Jadinya orang-orang berpikir kami sedang pacaran. Berbeda dengan diriku, Rina orangnya sangat supel dan pandai bergaul.

Rina sudah memiliki banyak teman wanita. Selama 2 minggu ini aku hanya berteman dengan Rina dan teman-teman wanitanya. Di sekolah kami terdapat beberapa kegiatan ekskul. Setiap siswa wajib memilih satu ekskul. Itu membuatku bingung karena dari berbagai demo yang ditunjukkan tidak ada yang membuatku tertarik. Sampai hari terakhir pendaftaran aku masih belum memilih ekskul apapun. Siang itu Rina datang menghampiriku. Dia memarahiku karena aku tidak bergerak untuk mencari ekskul.

 Akhirnya dia menarikku dan mendaftarkanku untuk mengikuti ekskul seni tari bersama dia dan teman-temannya. Aku menolak namun Rina terus memaksa. Alasannya agar Rina tidak sendirian ketika mengikuti ekskul seni tari. Rina memang pandai menari. Sejak SMP dulu dia selalu menjadi penari utama jika ada acara di sekolah kami. Melihat semangat Rina untuk ikut ekskul seni tari, akhirnya aku pun mengiyakan ajakan dia. Minggu depannya ekskul pun dimulai. Aku heran ketika melihat hanya aku satu-satunya pria di ekskul tersebut. Aku pun mendapat sorak sorai ketika aku masuk ke ruangan ekskul. Aku jadi malu, tapi pelatih kami malah menyemangatiku. Akhirnya aku pun mulai berlatih. Hari itu kami mempelajari gerakan tari jaipong. Aku diharuskan bergerak lemah gemulai mengikuti iringan musik.

 Beberapa bulan kami terus berlatih tarian tersebut hingga pada bulan Oktober sekolah mengadakan pentas seni. Ekskul kami diwajibkan untuk menampilkan sesuatu untuk pentas seni tersebut. Pelatih memilih beberapa orang yang ia nilai layak untuk tampil. Aku dan Rina salah satunya. Tanpa berpikir panjang aku hanya mengiyakan permintaan pelatih tersebut. Akan tetapi betapa kagetnya aku ketika beberapa minggu menjelang pentas, diadakan fiting kostum. Ternyata nanti aku akan menari sebagai seorang wanita. Aku harus menggunakan kostum tari wanita. Aku langsung menolak, tapi justru pelatih malah memarahiku dan mengancam akan melapor ke kepala sekolah.

Aku tidak bisa menghindar dan terpaksa mengikuti kemauannya. Hari pertunjukkan pun tiba. Rina menyarankan aku untuk memakai baju dalam dari rumah. Rina meminjamiku tenktop. Namun ia melihat aku tidak memiliki payudara, akhirnya dia memakaikan aku bh dan menyumpalnya agar payudaraku terlihat. Tidak lupa Rina juga meminjamkan celana ketat pendeknya kepadaku. Aku kemudian memakai jaket dan celana panjang. Kami pun berangkat ke sekolah. Setelah tiba di sekolah kami langsung masuk ke ruang ganti. Di sana aku membuka jaket dan celanaku kemudian memakai kostum tariku. Setelah selesai memakai kostum, panitia membantuku memakai make up dan menata rambutku. Itulah pengalaman pertamaku menari sebagai wanita di depan banyak orang.

Masuk Pesantren Perempuan

Suatu ketika aku diminta untuk kembali menari di sebuah pernikahan. Seperti biasa, aku diharuskan memakai gaun perempuan. Aku sudah mulai terbiasa memakai gaun dan juga berdandan sebagaimana wanita. Aku mulai menjaga berat badan dan bentuk tubuhku agar aku tetap terlihat seperti wanita. Hari ini aku memakai gaun warna ungu. Panjangnya selutut, terbuat dari bahan satin. Meskipun aku sudah terbiasa memakai gaun, tapi setiap memakainya aku selalu terangsang karena bahannya yang halus ketika menyentuh kulit. Setelah memakai gaun aku pun mulai didandani. Saat pertunjukan pun tiba. Aku menari dengan sangat baik. Setelah selasai menari, kami biasa berkeliling untuk menikmati makanan yang disediakan. Alangkah kagetnya aku ketika aku melihat papah dan mamahku berdiri di depanku.

 Wajahku langsung pias. Aku tak sanggup berdiri rasanya. Papah menunjukkan wajah yang sangat kesal. Sedangkan mamah terlihat sangat sedih. Aku tidak bisa berkata-kata. Meskipun aku berdandan seperti wanita, tapi tampak jelas mereka mengenaliku. Papah menghampiriku dan berkata, “Selesai acara ini, kamu langsung ikut papah dan mamah ke hotel.” aku hanya bisa mengangguk saja. Selesai acara, aku ikut papah dan mamah ke hotel tempat mereka menginap. Aku masih memakai gaun yang kugunakan tadi. Di mobil tidak ada pembicaraan yang terjadi. Kami masih saling diam satu sama lain. Sesampainya di hotel mamah menyuruhku membersihkan make up yang menempel. Papah dan mamah langsung ganti baju.

Aku tidak bisa ganti baju karena memang tidak membawa baju ganti. Mamah kemudian menyodorkan dasternya. Aku tidak berani menolak dan langsung mengganti gaun yang kupakai dengan daster milik mamah. Setelah itu aku disuruh duduk dan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Kemudian dengan rasa malu aku pun menceritakan semua yang terjadi. Mulai dari masuk ekskul tari hingga diajak jadi pagar ayu. Papah kemudian menamparku. Dia terlihat sangat kesal. Mamah menangis mendengar ceritaku. “Besok kamu ikut papah dan mamah kembali ke Tasikmalaya.” aku hanya tertunduk mendengar bentakan dari papah. Hari itu aku tidur di hotel. Keesokan paginya aku kembali menggunakan gaun yang kemarin kugunakan. Kami bergegas untuk mengambil barang-barang milikku yang disimpan di rumah tantenya Rina. Mamah menceritakan semuanya kepada Rina, kami kemudian berpamitan. Dalam perjalanan menuju Tasikmalaya mamah dan papah sepertinya sedang merencanakan sesuatu. Sesuatu yang berdampak besar dalam hidupku.

Sore harinya kami tiba di Tasikmalaya. Aku kembali ke kamarku dan tidur untuk semalam. Besok paginya aku disuruh mandi. Setelah selesai mandi, mamah menungguku di kamar. Terlihat mamah menyiapkan pakaian untukku. Sebuah baju dalam lengan panjang warna coklat, baju perempuan, rok panjang, dan kerudung. Aku kemudian melihat mama menyodorkan celana dalam wanita kepadaku. Aku tidak bisa mengelak. Aku langsung memakainya. Kemudian mamah membantuku memakai bra.

Setelah itu aku disuruh memakai baku dalam lengan panjang dan baju luar warna putih. Setelah itu aku memakai rok panjang. Mamah kembali membantuk memakai kerudung. Tidak lupa mamah mendandaniku. Aku sangat malu. Aku kemudian disuruh memakai high heels. Papah sedang berada di mobil. Mamah membawa 2 buah koper dan memasukkannya ke dalam mobil. Aku juga disuruh naik ke mobil. Aku bingung dengan apa yang terjadi. Kami bertiga pergi meninggalkan rumah.

 Aku tidak tahu kemana tujuan kami sampai di suatu tempat mamah menyuruhku turun. Aku melihat sebuah papah dengan judul pondok pesantren. Sepertinya aku akan ditempatkan di pesantren tapi mengapa aku harus berpenampilan seperti wanita. Mamah dan papah kemudian masuk ke kantor dan berdiskusi dengan seseorang di sana. Aku menunggu di luar dan melihat-lihat. Terlihat beberapa wanita sedang membersihkan halaman kompleks tersebut. Beberapa saat kemudian Mamah dan Papah keluar lalu memberikan pesan kepadaku, “Kamu baik-baik di sini yah, nurut sama apa kata guru kamu.

 Papah dan Mamah pulang dulu” kata mamah sambil menitikan air mata. Terlihat papah memeluk mama dan menguatkan mamah yang sedang sedih. Papah kemudian menambahkan, “Kamu mau jadi wanita kan, sekarang kamu harus belajar jadi wanita yang baik.” Aku kebingungan mendengar perkataan papah. Sepertinya mereka salah tanggap dengan apa yang aku ceritakan. Aku berusaha menjelaskan tapi guruku mencoba menenangkan aku. Papah dan mamah kemudian pergi meninggalkanku sendiri. Aku diantar oleh guruku ke kamarku. Aku ditempatkan sendirian, dipisahkan dari yang lain. Guruku menjelaskan peraturan yang harus aku patuhi. Aku hanya mengangguk mendengar semua penjelasannya.

Sudah seminggu semenjak aku tiba di pesantren ini. Setiap hari aku dituntut untuk belajar menjadi wanita yang baik. Aku belajar untuk membersihkan rumah, memasak, mencuci, dan juga aku belajar mengenai sikap-sikap yang harus selalu aku pegang dalam hidup ini. Semua itu kupelajari sambil berpenampilan sebagai wanita. Aku selalu memakai baju lengan panjang, rok panjang dan juga kerudung. Hari sabtu ini merupakan hari yang spesial bagiku. Salah seorang kakak sepupuku akan mengadakan pernikahan. Mamah meneleponku agar aku bisa mengikuti acara pernikahan tersebut. Mamah juga sudah meminta ijin kepada guruku untuk mengikuti acara tersebut. Mamah berjanji akan menjemputku siang hari. Jam 1 Mamah tiba di pesantren ini. Kami tidak langsung pergi, Mamah mengajakku untuk menceritakan kegiatanku sehari-hari. Aku mengajak Mamah jalan-jalan. Aku menceritakan semuanya
 Kamarku, aku belajar mencuci, menyapu halaman, kelas tempatku belajar. Entah mengapa aku menjadi lebih cerewet dari biasanya. Aku merasa jiwa perempuanku seolah tumbuh di tempat ini. Selesai bercerita, kami pun pergi. Kami tidak langsung pulang ke rumah. Kami pergi ke salon langganan Mamah. Aku kaget karena ternyata aku juga dirias. Di sana kami sama-sama merias diri kami. Aku menangis memohon ampun kepada Mamah, aku tidak bisa membayangkan bagaimana aku berpenampilan sebagai wanita di depan saudara-saudaraku.

Tapi Mamah tidak menggubris tangisanku. Aku tetap dipaksa untuk didandani. Selesai berdandan, kami kembali ke rumah. Rupanya mamah sudah menyediakan sebuah gaun muslim untukku. Aku lalu memakainya. Kami pun berangkat ke pesta pernikahan tersebut. Sampai di tempat pesta, aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi. Kami bertiga masuk. Aku masuk dengan sangat khawatir. Berbeda dengan Mamah. Mamah terlihat sangat santai. Mamah menceritakan tentang aku kepada tante-tanteku. Tanteku kemudian melihatku dan tersenyum sambil memujiku. “Wah, cantiknya kamu” kata mereka. Aku hanya tertunduk malu. Kejadian tersebut selalu berulang ketika Mamah menemui saudaranya yang lain. Meski begitu aku selalu mengikuti kemana Mamah pergi karena aku sangat takut berada jauh dari Mamah. Aku takut justru terjadi hal memalukan yang lebih parah lagi. Selesai acara Mamah kembali mengantarku ke pesantren. Kalimat penutup malam itu adalah, “Seperti apapun kamu, Mamah bangga punya kamu.” Aku hanya bisa menitikan air mata mendengar perkataan tersebut. 

by auliya shizuka

Kencan dengan Debby

Akhirnya hari sabtu yang aku tunggu-tunggu tiba juga. Minggu ini sungguh sial. Gara-gara menghindar untuk kena razia rambut di sekolah, malah seminggu penuh aku disuruh pakai rok di sekolah. Kemarin hari jumat adalah hari terakhir masa hukumanku. Kemarin aku pakai rok panjang dan kerudung. Sungguh memalukan. Selama seminggu ini aku tidak berani menghubungi Debby. Begitu pun Debby, ia sama sekali tidak menghubungiku. Pagi ini aku mencoba mengingatkan janji kencan kami. Tapi tidak ada balasan darinya. Ketika makan siang, akhirnya sms yang aku tunggu-tunggu pun tiba. Dia menyuruhku untuk datang ke rumahnya sore ini. Aku sangat girang membaca smsnya itu. Jam 16 sore setelah selesai mandi aku langsung pergi ke rumah Debby. Setelah membunyikan bel, pembantunya menyuruhku menunggu di ruang tamu. Tidak ada siapa-siapa di rumah Debby sore itu. Debby kemudian menemuiku di ruang tamu sambil membawa secangkir teh hangat. "Udah siap??" tanya Debby kepadaku. "Sangat siap.. Kita pergi nonton kan??" jawabku. Debby menganggukan kepala. "Eh, kamu serius ga sama aku??" tanya Debby. "Harus gimana buktiin keseriusan aku??" tanyaku balik. "Klo gitu kita kencan tapi kamu pakai baju aku. Gimana??" Debby seolah menantangku. Aku hanya terdiam malu. Sepertinya Debby berusaha mengejekku karena kejadian aku dihukum guru di sekolah. "Tuh kan kamu ga serius. Aku minta gitu aja kamu ga mau." kata Debby seolah kesal. "Ya udah ayo ayo.." kataku. Aku sudah tidak memikirkan apa-apa lagi, yang penting bisa jalan bareng Debby, begitu yang aku pikirkan. Debby terlihat sangat senang melihat aku tunduk terhadap ancamannya. Aku melihat senyum sumringah di wajahnya. Dia kemudian mengajakku ke kamarnya. Di sana aku disuruh ganti baju di kamar mandi. Debby menyiapkan sebuah gaun terusan warna ungu yang berlengan panjang dan sebuah bra. Aku tidak tau cara memakai bra. Debby membantuku memakai bra. Terlihat dadaku menonjol seperti dada wanita. Debby kemudian memakaikanku kerudung dengan warna yang sama. Ia kemudian mendandaniku. Debby meminjamiku sepatu hak tinggi miliki Ibunya yang ukurannya sama dengan ukuran kakiku. Kami pun pergi ke mall untuk nonton. Kami pergi naik angkot. Di angkot jantungku berdetak sangat kencang takut ada yang mengenaliku sebagai pria. Aku tidak berani berbicara maupun menatap wajah Debby. Debby menenangkanku dengan memegang tanganku. Kami pun turun dan pergi nonton. Selama itu kami tidak saling berbicara. Aku terlalu takut untuk berbicara karena suaraku yang terdengar seperti pria tentu akan menimbulkan keanehan tersendiri. Debby kemudian mengajakku makan. Kami memilih tempat yang sepi di pojokan. "Gimana perasaan kamu??" tanya Debby. "Takut" jawabku singkat. "Tau ga knp aku ngajak kamu kencan pake baju cewe??" aku hanya menggelengkan kepala ketika mendengar pertanyaan Debby. "Abis kamu lucu sih" kata Debby. "Waktu aku liat kamu dihukum pake kerudung, kamu cute banget tau, jadi kepikiran deh ide jail ini. Maap yah" kata Debby. Kami pun melanjutkan perbincangan dengan berbagai cerita mulai dari masa SMP kami hingga menceritakan teman-teman kami di SMA. Setelah selesai makan, aku mengantar Debby pulang. Sampai di gerbang Debby langsung menutup pintu gerbang dengan jailnya. "Kamu pulang gitu aja yah, ga usah ganti baju." Spontan aku kaget dan memohon-mohon kepada Debby untuk membukakan pintunya. Dia hanya tertawa terbahak-bahak melihat aku yang sedang panik. Akhirnya setelah puas mengerjaiku Debby membukakan pintu gerbang. Aku melihat papah dan mamah Debby sedang nonton TV. Kembali aku gemetar menghadapi papah dan mamah Debby. Papah dan mamah Debby hanya tertawa melihatku. "Jadi ini cowo yang kamu ceritain." kata Papah Debby, aku hanya membalasnya dengan senyuman. "Sini ganti baju dulu" Debby menarikku ke kamarnya. Aku pun membereskan kerudung dan gaun yang tadi aku pakai. Tidak lupa Debby membersihkan makeupku. Setelah berganti dengan pakaian pria aku keluar kamar dan ngobrol dengan orang tua Debby. Rupanya Debby sudah menceritakan banyak mengenai aku ke Papah dan Mamahnya termasuk hukuman pakai rok yang aku terima. Setelah selesai ngobrol aku pun pamit pulang. Sungguh kencan yang menyenangkan. Aku beruntung punya wanita sebaik Debby.

Bu Kost Nakal....

 Perkenalkan nama saya Rendi panggil aja rere, pertama saya crossdresser itu pas waktu duduk di bangku kelas 5 SD. Awalnya saya sering paka...